Integrasi SIG dan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Kebakaran Lahan di Lampung Utara

  • Taufiq Feriansyah Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Rindy Febriani Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Pitry Dwiatika Norcela Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Wayan Vinna Elvira Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Retno Gayatri Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Ryas Hary Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Sarah Safira Muchliana Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
  • Nurul Nahar Jurusan Teknik Geologi, UPN Veteran Yogyakarta
Keywords: kebakaran lahan, Lampung Utara, penginderaan jauh, peta, SIG

Abstract

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Secara umum metode yang digunakan untuk melakukan penelitian kerawanan kebakaran hutan dan lahan terdiri dari 7 parameter yaitu curah hujan, suhu, aksesibilitas jalan, aksesibilitas sungai, kepadatan hotspot temporal tahun 2019, tutupan/penggunaan lahan, dan peruntukan lahan. Yang kemudian akan dilakukan proses pembobotan menggunakan fitur Weighted Overlay dengan penilaian influen dan pengkelasan masing-masing parameter. Pada penelitian ini digunakan alat dan bahan yaitu software ArcGIS, citra Landsat 8, dan data RBI. Dari hasil overlay yang dilakukan pada 7 parameter, dihasilkan peta kerawanan kebakaran yaitu dengan kelas tidak rawan, sedang, dan sangat rawan. Dengan didapatkannya peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan ini akan dapat diketahui masing-masing kerawanan kebakaran wilayah ataupun lahan.

References

BNPB. (2016). Evaluasi Penanggulangan Bencana 2015 dan Prediksi Bencana 2016. Jakarta: BNPB.

Cahyadi, A. I. B., Suprayogi, A., & Amarrohman, F. J. (2018). Penentuan lokasi potensial pengembangan kawasan industri menggunakan sistem informasi geografis di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Geodesi Undip 7(1): 163-171.

Danny, W. (2001). Interaksi Ekologi dan Sosial Ekonomi Dengan Kebakaran di Hutan Propinsi Kalimantan Timur Indonesia. Paper Presentasi pada Pusdiklat Kehutanan. Bogor.

Delarizka, A. (2016). Analisis Fenomena Pulau Bahang (Urban Heat Island) di Kota Semarang Berdasarkan Hubungan Antara Perubahan Tutupan Lahan Dengan Suhu Permukaan Menggunakan Citra Multi Temporal Landsat. Semarang: Jurnal Geodesi UNDIP, Vol. 5, No. 4

Endarmiyati. (2009). Zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan berserta strategi pencegahannya di Kabupaten Siak provinsi Riau. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM

Heil, A., Langman, B., & Aldrian, E. (2007). Indonesia Peat and Vegetation Fire Emissions: Study on Factor Influenching Large-Scale Smoke Haze Pollution Using a Regional Athmospheric Chemistry Model. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, Vol. 12, No. 1, hal. 113-133.

Hermawan, E. (2010). Pengelompokkan Pola Curah Hujan Yang Terjadi Di Beberapa Kawasan P. Sumatera Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral. Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).

KLHK. (2016). Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (ha) Per Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2016. Jakarta: KLHK.

Nugraha, W. S., Subiyanto, S., & Wijaya, A. P. (2015). Penentuan lokasi potensial untuk pengembangan kawasan industri menggunakan sistem informasi geografis di Kabupaten Boyolali. Jurnal Geodesi Undip 4(1): 194-202.

Purwanto, A. (2019). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Lokasi Potensial Pengembangan Kawasan Industri Di Kabupaten Pati. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Rianto, I. B., & Santoso, E. B. (2018). Penentuan lokasi kawasan industri tekstil terpadu di Kabupaten Majalengka. Jurnal Teknik ITS 7(1): 19-22.

Sahardjo, B. H. (2002). Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia. Di dalam: Workshop Nasional Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan menghadapi Ancaman Bahaya El-Nino 2002. Bogor: IPB dan Kementrian Lingkungan Hidup.

Sarwono. (2003). Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo. Jakarta.

Suhendri, S., & Priyo, E. (2017). Penguatan Kelembagaan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jurnal of Govermance and Public Policy, 4(1), 174-204

Tucker, C. J. (1979). Red and Photographic Infrared Linear Combination for Monitoring Vegetation. Remote Sensing of Environment, Vol. 43, No. 2, hal. 333-337.

Tukidi. (2010). Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi, 7(2), 136-145.

USGS. (2002). Persamaan Nilai Suhu Kecerahan. Identifikasi Neraca Energi Untuk Deskripsi Potensi Kekeringan Dengan Data Landsat TM.

USGS. (2015). LANDSAT 8 (L8) DATA USERS HANDBOOK. Department of the Interior U.S. Geological Survey.

Wahyunto, Masganti, Dariah, A., Nurhayati, & Yusuf, R. (2014). Karakteristik dan Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi di Provinsi Riau. Jurnal Sumber Daya Lahan, 8, 59-66.

Published
2020-11-30
How to Cite
Feriansyah, T., Febriani, R., Norcela , P. D., Elvira, W. V., Gayatri, R., Hary, R., Muchliana, S. S., & Nahar, N. (2020). Integrasi SIG dan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Kebakaran Lahan di Lampung Utara. Jurnal Geosains Dan Remote Sensing, 1(2), 71-79. https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i2.20